LAPORAN
SANG
LIBERAL DAN GENERASI BISU
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Profesi Kependidikan
Disusun
oleh :
Bayu
Suarsa
Dikbasasinda
4A
Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumedang
2009-2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
laporan mengenai bab yakni Sang Liberal dan Generasi Bisu oleh William F.
Buckley, Jr. Tugas laporan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.
Penulis menyadari, bahwa dalam
penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, hal
tersebut terjadi karena keterbatasan kemampuan pengetehuan yang dimiliki oleh
penulis, maka dari itu penulis mohon saran, pendapat, serta kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat untuk kita semua, khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya
bagi orang-orang yang membacanya.
Sumedang, April 2010
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.
Liberalisme atau liberal adalah sebuah ideologi, pandangan
filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan
adalah nilai politik yang utama. Secara umum liberalisme mencita-citakan suatu
masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu.
Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan
agama. Liberalisme menghendaki adanya pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi
pasar yang mendukung usaha para pribadi (private enterprise) yang relatif bebas
dan suatu system pemeritahan yang transparan dan menolak adanya pembatasan
terhadap pemikiran individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut
menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme, dalam masyarakat modern, liberalisme
akan dapat tumbuh dalam system demokrasi. Hal ini dikarenakan keduanya
sama-sama mendasarkan kebebesan mayoritas.
Kalau kita cermati jumlah kaum intelektual di
Indonesia cukup banyak, tentu hal ini adalah kabar yang cukup menggembirakan
bagi kita semua. Sebelum saya membalas lebih lanjut alangkah baiknya kita
pahami definisi kaum intelelktual. Kiaum intelektual yaitu manusia yang
memiliki semangat perubahan dalam dirinya yang semangat perubahan itu bertumpu
pada aspek kognisinya dalam menginterfrestasikan realitas yang ia lihat dengan
menggunakan pisau analisis.
Intelektual
dapat melihat realitas jauh lebih dalam dari orang-orang awam kebanyakan,
sehingga kemungkinan besar intelektual mencari akar permasalahan pun lebih
terbuka lebar.
Tatapi pada kenyataannya mahasiswa pada jaman
sekarang ini sangatlah malas, orang-orang yang tidak pernah menggunakan akal
pikirannya atau idenya untuk kepentingan masyarakat atau negaranya, bahkan
sangat banyak mahasiswa yang hanya duduk manis diruang kelas tanpa
memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh dosenya. Mahasiswa yang seperti
itulah mahasiswa yang tidak punya tujuan untuk menghadapi masa depan hidupnya,
maka orang-orang atau mahasiswa itulah yang dinamakan generasi bisu.
B. Rumusan masalah.
1. Bagaimana
cirri-ciri manusia intelektual?
2. Jelaskan
definisi mahasiswa!
3. Apa
yang menyebabkan mahasiswa lesu atau generasi bisu?
4. Mengapa
liberalisme dikaitkan dengan generasi bisu?
C. Tujuan penulisan.
Penulisan makalah ini tentunya memiliki tujuan yaitu
untuk memunuhi salah satu tugas mata kuliah profesi kependidikan. Disamping itu
tertdapat juga tujuan-tujuan lainya, yang diantaranya adalah;
1. Untuk
mengetahui cirri-ciri manusia intelektual.
2. Untuk
mengetahui definisi mahasiswa.
3. Untuk
mengetahui secara mendalam tentang penyebab mahasiswa lesu atau adanya generasi
bisu.
4. Untuk
mengetahui tentang liberalisme.
D. Manfaat penulisan.
Dengan membuat laporan bab ini, yang mengenai sang
liberal dan generasi bisu oleh William F. Buckley Jr. Saya sebagai penulis
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Diantaranya dapat mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman baru. Diantaranya saya dapat memehami definisi
mahasiswa, mengetahui secara mendalam mahasiswa lesu atau generasi
bisu,mengetahui arti liberalisme dan mengetahui lebih jelas tentang cirri-ciri
manusia intelektual
BAB II
ISI BAB
Mahasiwa dapat diartikan seperti
siswa besar yakni maha memiliki arti besar dan siswa memiliki arti orang-orang
yang dalam tahap dan mengikuti proses belajar. Mahasiswa selalu di pandang
sebagai orang-orang intelektual, orang yang mampu menyelesaikan masalah dalam
hidupnya dan orang sudah memiliki tujuan hidup yang sudah bulat dalam hatinya.
Mahasiswa
di Indonesia tidak sedikit yang menggeluti dan mengenal politik, hanya sebagian
manusia yang tidak tahu politik. Politik selalu diperbincangkan setiap orang,
setiap orang juga berusaha mendapatkan posisi yang di inginkan. Namun sayang
sekali di Indonesia politik dijadikan ajang popolaritas dan ajang perselisihan
yang saling menjatuhkan antara satu dan yang lainnya serta hanya menginginkan
kedudukan semata, kita sebagai mahasiswa seharusnya ngeri melihat keadaan
politik di Negara kita ini. Tak asing lagi dalam dunia politik di Indonesia
terdapat banyak di temukan kasus-kasus seperti suap dan KKN. Sebenarnya inilah
yang merusak dunia politik di Indonesia. Adanya oknum-oknum para koruptor tersebut disebabkan karena
manusia-manusia yang tak jujur dan tidak punya tujuan hidup yang baik disaat
mereka-mereka menjadi mahasiswa pada dulunya serta mereka tidak bisa
bertanggung jawab dengan apa yang dimilikinya.
Inilah akibat dari mahasiswa bisu
atau yang disebut mahasiswa lesu. Bangsa kita semakin terpuruk dengan adanya
utang Negara ke Negara lai, sampai kapan bangsa kita akan seperti ini? Jika
bangsa kita tidak bisa melunasi utang-utang tersebut mengapa tidak bangsa kita
menjadi milik Negara lain. Ini disebabkan karena manusia-manusia yang malas
tetapi hidupnya ingin selalu enak.
Dapat
dilihat dari aktivitas keseharian mahasiswa sekarang ini kurang energetik,
dapat kita rasakan sendiri, malasnya dalam melaksanakan organisasi lain di luar
jadwal perkuliahan. Mahasiswa sekarang lebih mementingkan gaya (style)
dibandingkan otaknya, mereka tak pernah mahir dalam masalah politik, karena
mereka tidak pernah menggauli politik. Kalaupun ada semangat yang dimiliki
mahasiswa sekarang yakni semangat penjajalan keberanian dalam pergaulan. Banyak
mahasiswa sebagai politisi di kampus-kampus lain, yang yang menimbulkan
beberapa kejadian kerusuhan. Kerusuhan yang terjadi berawal dari
masalah-masalah sepele, baik masalah individu / personal maupun masalah
kelompok. Kebanyakan mahasiswa dewasa ini menggunakan emosional bukan akalnya,
makanya sering terjadi perselisihan di setiap mahasiswa. Semua itu dapat di
katakana mahasiswa saat ini generasi bisu. Generasi-generasi yang tak memiliki
tujuan dalam hidupnya, generasi yang hampa dan tak memiliki semangat.
Bila dikaitkan dengan sang liberal
mahasiswa mimiliki peranan penting sebagai tunas-tunas dalam dunia
perpolitikan. Liberalisme / liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat,
dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa
kebebasan adalah nilai politik yang utama. Paham liberalisme dipandang sebagai
paham yang membebaskan setiap individu dalam berfikir. Tidak ada pembatasan
terhadap dirinya khususnya dari Pemerintah dan agama. Maka dari itu sebagai
mahasiswa harus mampu berdemontrasi, berkarya, dan bertanggung jawab dengan apa
yang diciptakannya.
Marilah
kita benahi diri mulai dari sekarang, karena kita sebagai mahasiswa harus
memiliki pribadi yang baik dan bersikap dewasa dalam menyikapi setiap problem.
Kita buat diri ini berguna dimasa yang akan datang, baik bagi diri kita
sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Kita ekspresikan diri ini
sebebas mungkin, namun tetap berpegang teguh terhadap norma-norma yang kita
miliki.
BAB
III
PEMBAHASAN
Liberalisme atau liberal adalah sebuah ediologi,
pandangan pilsafat dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa
kebebasan adalah nilai politik yang utama. Secara umum liberalisme
mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dapat dicirikan dengan kebebasan
berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan
khususnya dari pemeritahan dan agama. Liberalisme menghendaki adanya;
1. Pertukaran
gagasan yang bebas.
2. Ekonomi
pasar yang mendukung usaha pribadi atau (private enterprise) yang relatif
bebas.
3. System
pemeritahan yang transparan.
4. Menolak
adanya pembatasan terhadap pemilikan individu.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat
tumbuh dalam system demokrasi. Hal ini dikarenakan keduanya sama-sama
mendasarkan kebebasn mayoritas.
Di Indonesia cukup banyak kaum
intelektual namun kebanyakan mereka tidak memahami arti kaum intelektual. Maka
dari itu banyak akdemik/sarjana di Indonesia yang tidak memahami tujuan
hidupnya.
Kaum intelektual yaitu manusia yang
memiliki semangat perubahan di dalam dirinya, yang bertumpu pada asfek
kognisinya dalam menginterprestasikan relitas yang ia lihat dengan menggunakan
pisau analisis. Namun tidak hanya pada asfek kognisi dari seorang intelektual
untuk dapat melihat sebuah realitas dalam masyarakat, menurut Michael Foucault,
selain kognisi (pengetahuan) ada asfek lain yaitu kesadaran akan tujuan yang
ingin dicapai (consciousness.
Mahasiswa adalah kaum dimana berkumpulnya segala
potensi. Dan lebih jauh lagi berani saya katakan bahwa manusia adalah kandidat
besar untuk menempati diri dalam posisi intelektual organic artiya kaum intelek
yang akan terus menggulirkan pemikiran-pemikirannya. Oleh sebab itu sudah
sewajarnya mahasiswa memiliki peranan yang sangat penting dalam sejarah bangsa
Indonesia.
Dari jumlah seluruh mahasiswa yang ada di Indonesia
tidak semua dikatakan sebagai kaum intelektual. Belajar di university bukan
jaminan seseorang boleh menjadi intelektual. Seorang intelektual itu adalah
seorang pemikir yang senantiasa berpikir dan mengembangkan serta menyumbangkan
ideanya untuk kesejahteraan masyarakat. Dia juga adalah seorang yang
mempergunakan ilmu dan ketajaman fikiranya untuk mengkaji, menganalisis,
merumuskan segala perkara dalam kehidupan manusia, tertutama dimana masyarakat
dia hadir khususnya dan di peringkat global untuk mencari kebenaran dan
menegakan kebenaran itu.Lebih
daripada itu, seorang inyelektual juga adalah seorang yang kenal akan kebenaran
dan berani pula memperjuangkan kebenaran itu, meski bagaimanapun tekanan dan
ancaman yang dihadapinya, terutama sekali kebenaran, kemajuan, dan kebebasan
untuk rakyat.
Seorang
“intelektual” bukan hanya sekedar berfikir tentang kebenaran tetapi harus
menyuarakannya, walau apapun rintangannya. Seorang intelektual yang benar tidak
boleh berkecuali, dan harus memihak kepada kebenaran dan keadilan.
Dia “tidak
boleh menjadi intelektual bisu, kecuali dia betul-betul bisu atau dibisukan”.
Kalau intelektual itu betul-betul bisu pun, dia masih boleh bertindak dengan
menyatakan fikiran melalui tulisan yang akhirnya akan sampai juga kepada
publik. Inilah yang dikatakan intelektual bisu yang
tidak bisu. Sebaliknya, terdapat intelektual yang tidak bisu tetapi bisu. Dia
menjadi bisu mungkin karena “dia takut atau berkepentingan”.
Intelektual palsu akan mengelabui mata rakyat dengan
kebenaran palsu melalui menyelewangkan fakta dan pertanyaan-pertanyaan yang
mengelirukan. Intelektual palsu banyak menggunakan retorik-retorik kosong,
bahkan tak segan-segan “menjual” negeri sendiri kepada orang asing. Mereka
menjadi kaki tangan barat, mengikuti semua titah dari sang majikan.jika kita,
masih mengharapkan ada perbaikan menuju Indonesia yang sejahtera dan
bermartabat sudah seharusnya kita sebagai kaum intelektual harus berani
mengambil keputusan untuk terus menggulirkan pemikiran pemikiran di te ngah
masyarakat. Sekecil apapun kontribusi yang kita berikan pasti akan membuahkan
hasil. Namun perlu ditegaskan, jangan menjadi kaum intelek yang mengabdi dan
mengemis demi sedikit materi kepada penjaah asing. Lalu membawa ide-ide busuk
seperti demokrasi yang penuh kebohongan, HAM, pluralism dan l;ain-lain menjadi
anak dari ide secular-kapitalis. Apalagi membawa pemi9kiran sosialis yang sudah
runtuh bertahun-tahun.
Sudah saatnya kaum intelektual berfikir jernih dan
mendalam untuk melakuan perbandingan pemikiran sosialis-komunis,
social-kapitalis dan Islam. Pemikiran manakah yang layak untuk diusung? Jika
mau jujur, hanya islam lah yang layak untuk senantiasa diperjuangkan karena
islam adalah pemikiran unik yang mampu menjadikan Indonesia lebih baik bahkan
lebih besar dari yang sekarang.
BAB
VI
KESIMPULAN
Manusia adalah kaum dimana berkumpulnya segala
potensi. Dan lebih jauh lagi bahwa mahasiswa adalah kandidat besar untuk
menempati diri dalam potensi intelektual organic, artinya kaum intelek yang
akan terus menggulirkan pemikiran-pemikirannya, Oleh sebab itu sudah sewajarnya
mahasiswa memiliki peranan yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
Mahasiswa lesu, karena diakibatkan kehampaan.
Kebanyakan siswa sekarang ini tidak berpikir kritis, hidupnya tanpa greget, dan
dalam menjalankan aktivitasnya mahasiswa kurang energetic.
Liberalisme atau liberal adalah sebuah ideologi,
pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa
kebebasan adalah nilai politik yang utama. Generasi bisu diakibatkan karena
mahasiswa yang tak berpikir kritis, hidupnya hampa karena tidak memiliki arah
tujuan dalam hidup. Jika mahasiswa seperti ini, maka tidak akan ada rasa
kebebasan, sedankan politik menganut nilai kebebasan.
Manusia intelektual, yakni kaum dimana memiliki
segala potensi, berpikir kritis, dan dapat menyumbangkan ideanya untuk
kesejahteraan masyarakat. Dia juga adalah seorang yang mempergunakan ilmu dan
ketajaman pikirannya untuk mengkaji, menganalisis, merumuskan segala perkara
dalam kehidupan manusia, terutama masyarakat dimana dia hadir khusunya dan
peringkat global untuk mencari kebenaran dan menegakan kebenaran itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar