Entri Populer

Rabu, 23 November 2011

Sang Liberal dan Generasi Bisu


 
LAPORAN

SANG LIBERAL DAN GENERASI BISU
Diajukan untuk memenuhi salah  satu tugas mata kuliah Profesi Kependidikan




Disusun oleh :
Bayu Suarsa
Dikbasasinda 4A


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumedang
2009-2010



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan mengenai bab yakni Sang Liberal dan Generasi Bisu oleh William F. Buckley, Jr. Tugas laporan ini merupakan salah satu tugas  mata kuliah Profesi Kependidikan.
           Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, hal tersebut terjadi karena keterbatasan kemampuan pengetehuan yang dimiliki oleh penulis, maka dari itu penulis mohon saran, pendapat, serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua, khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi orang-orang yang membacanya.





Sumedang, April 2010

                                                                                                          Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah.
Liberalisme atau liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Secara umum liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha para pribadi (private enterprise) yang relatif bebas dan suatu system pemeritahan yang transparan dan menolak adanya pembatasan terhadap pemikiran individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme, dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam system demokrasi. Hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebesan mayoritas.
Kalau kita cermati jumlah kaum intelektual di Indonesia cukup banyak, tentu hal ini adalah kabar yang cukup menggembirakan bagi kita semua. Sebelum saya membalas lebih lanjut alangkah baiknya kita pahami definisi kaum intelelktual. Kiaum intelektual yaitu manusia yang memiliki semangat perubahan dalam dirinya yang semangat perubahan itu bertumpu pada aspek kognisinya dalam menginterfrestasikan realitas yang ia lihat dengan menggunakan pisau analisis.
        Intelektual dapat melihat realitas jauh lebih dalam dari orang-orang awam kebanyakan, sehingga kemungkinan besar intelektual mencari akar permasalahan pun lebih terbuka lebar.
Tatapi pada kenyataannya mahasiswa pada jaman sekarang ini sangatlah malas, orang-orang yang tidak pernah menggunakan akal pikirannya atau idenya untuk kepentingan masyarakat atau negaranya, bahkan sangat banyak mahasiswa yang hanya duduk manis diruang kelas tanpa memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh dosenya. Mahasiswa yang seperti itulah mahasiswa yang tidak punya tujuan untuk menghadapi masa depan hidupnya, maka orang-orang atau mahasiswa itulah yang dinamakan generasi bisu.

B. Rumusan masalah.
1.      Bagaimana cirri-ciri manusia intelektual?
2.      Jelaskan definisi mahasiswa!
3.      Apa yang menyebabkan mahasiswa lesu atau generasi bisu?
4.      Mengapa liberalisme dikaitkan dengan generasi bisu?

C. Tujuan penulisan.
Penulisan makalah ini tentunya memiliki tujuan yaitu untuk memunuhi salah satu tugas mata kuliah profesi kependidikan. Disamping itu tertdapat juga tujuan-tujuan lainya, yang diantaranya adalah;
1.      Untuk mengetahui cirri-ciri manusia intelektual.
2.      Untuk mengetahui definisi mahasiswa.
3.      Untuk mengetahui secara mendalam tentang penyebab mahasiswa lesu atau adanya generasi bisu.
4.      Untuk mengetahui tentang liberalisme.

D. Manfaat penulisan.
Dengan membuat laporan bab ini, yang mengenai sang liberal dan generasi bisu oleh William F. Buckley Jr. Saya sebagai penulis mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Diantaranya dapat mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Diantaranya saya dapat memehami definisi mahasiswa, mengetahui secara mendalam mahasiswa lesu atau generasi bisu,mengetahui arti liberalisme dan mengetahui lebih jelas tentang cirri-ciri manusia intelektual



BAB II
ISI BAB

               Mahasiwa dapat diartikan seperti siswa besar yakni maha memiliki arti besar dan siswa memiliki arti orang-orang yang dalam tahap dan mengikuti proses belajar. Mahasiswa selalu di pandang sebagai orang-orang intelektual, orang yang mampu menyelesaikan masalah dalam hidupnya dan orang sudah memiliki tujuan hidup yang sudah bulat dalam hatinya.
               Mahasiswa di Indonesia tidak sedikit yang menggeluti dan mengenal politik, hanya sebagian manusia yang tidak tahu politik. Politik selalu diperbincangkan setiap orang, setiap orang juga berusaha mendapatkan posisi yang di inginkan. Namun sayang sekali di Indonesia politik dijadikan ajang popolaritas dan ajang perselisihan yang saling menjatuhkan antara satu dan yang lainnya serta hanya menginginkan kedudukan semata, kita sebagai mahasiswa seharusnya ngeri melihat keadaan politik di Negara kita ini. Tak asing lagi dalam dunia politik di Indonesia terdapat banyak di temukan kasus-kasus seperti suap dan KKN. Sebenarnya inilah yang merusak dunia politik di Indonesia. Adanya oknum-oknum para  koruptor tersebut disebabkan karena manusia-manusia yang tak jujur dan tidak punya tujuan hidup yang baik disaat mereka-mereka menjadi mahasiswa pada dulunya serta mereka tidak bisa bertanggung jawab dengan apa yang dimilikinya.
               Inilah akibat dari mahasiswa bisu atau yang disebut mahasiswa lesu. Bangsa kita semakin terpuruk dengan adanya utang Negara ke Negara lai, sampai kapan bangsa kita akan seperti ini? Jika bangsa kita tidak bisa melunasi utang-utang tersebut mengapa tidak bangsa kita menjadi milik Negara lain. Ini disebabkan karena manusia-manusia yang malas tetapi hidupnya ingin selalu enak.
               Dapat dilihat dari aktivitas keseharian mahasiswa sekarang ini kurang energetik, dapat kita rasakan sendiri, malasnya dalam melaksanakan organisasi lain di luar jadwal perkuliahan. Mahasiswa sekarang lebih mementingkan gaya (style) dibandingkan otaknya, mereka tak pernah mahir dalam masalah politik, karena mereka tidak pernah menggauli politik. Kalaupun ada semangat yang dimiliki mahasiswa sekarang yakni semangat penjajalan keberanian dalam pergaulan. Banyak mahasiswa sebagai politisi di kampus-kampus lain, yang yang menimbulkan beberapa kejadian kerusuhan. Kerusuhan yang terjadi berawal dari masalah-masalah sepele, baik masalah individu / personal maupun masalah kelompok. Kebanyakan mahasiswa dewasa ini menggunakan emosional bukan akalnya, makanya sering terjadi perselisihan di setiap mahasiswa. Semua itu dapat di katakana mahasiswa saat ini generasi bisu. Generasi-generasi yang tak memiliki tujuan dalam hidupnya, generasi yang hampa dan tak memiliki semangat.
               Bila dikaitkan dengan sang liberal mahasiswa mimiliki peranan penting sebagai tunas-tunas dalam dunia perpolitikan. Liberalisme / liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Paham liberalisme dipandang sebagai paham yang membebaskan setiap individu dalam berfikir. Tidak ada pembatasan terhadap dirinya khususnya dari Pemerintah dan agama. Maka dari itu sebagai mahasiswa harus mampu berdemontrasi, berkarya, dan bertanggung jawab dengan apa yang diciptakannya.

                Marilah kita benahi diri mulai dari sekarang, karena kita sebagai mahasiswa harus memiliki pribadi yang baik dan bersikap dewasa dalam menyikapi setiap problem. Kita buat diri ini berguna dimasa yang akan datang, baik bagi diri kita sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Kita ekspresikan diri ini sebebas mungkin, namun tetap berpegang teguh terhadap norma-norma yang kita miliki.
              

BAB III
PEMBAHASAN

Liberalisme atau liberal adalah sebuah ediologi, pandangan pilsafat dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Secara umum liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dapat dicirikan dengan kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan khususnya dari pemeritahan dan agama. Liberalisme menghendaki adanya;
1.      Pertukaran gagasan yang bebas.
2.      Ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi atau (private enterprise) yang relatif bebas.
3.      System pemeritahan yang transparan.
4.      Menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam system demokrasi. Hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasn mayoritas.
            Di Indonesia cukup banyak kaum intelektual namun kebanyakan mereka tidak memahami arti kaum intelektual. Maka dari itu banyak akdemik/sarjana di Indonesia yang tidak memahami tujuan hidupnya.
            Kaum intelektual yaitu manusia yang memiliki semangat perubahan di dalam dirinya, yang bertumpu pada asfek kognisinya dalam menginterprestasikan relitas yang ia lihat dengan menggunakan pisau analisis. Namun tidak hanya pada asfek kognisi dari seorang intelektual untuk dapat melihat sebuah realitas dalam masyarakat, menurut Michael Foucault, selain kognisi (pengetahuan) ada asfek lain yaitu kesadaran akan tujuan yang ingin dicapai (consciousness.
Mahasiswa adalah kaum dimana berkumpulnya segala potensi. Dan lebih jauh lagi berani saya katakan bahwa manusia adalah kandidat besar untuk menempati diri dalam posisi intelektual organic artiya kaum intelek yang akan terus menggulirkan pemikiran-pemikirannya. Oleh sebab itu sudah sewajarnya mahasiswa memiliki peranan yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
Dari jumlah seluruh mahasiswa yang ada di Indonesia tidak semua dikatakan sebagai kaum intelektual. Belajar di university bukan jaminan seseorang boleh menjadi intelektual. Seorang intelektual itu adalah seorang pemikir yang senantiasa berpikir dan mengembangkan serta menyumbangkan ideanya untuk kesejahteraan masyarakat. Dia juga adalah seorang yang mempergunakan ilmu dan ketajaman fikiranya untuk mengkaji, menganalisis, merumuskan segala perkara dalam kehidupan manusia, tertutama dimana masyarakat dia hadir khususnya dan di peringkat global untuk mencari kebenaran dan menegakan kebenaran itu.Lebih daripada itu, seorang inyelektual juga adalah seorang yang kenal akan kebenaran dan berani pula memperjuangkan kebenaran itu, meski bagaimanapun tekanan dan ancaman yang dihadapinya, terutama sekali kebenaran, kemajuan, dan kebebasan untuk rakyat.
 Seorang “intelektual” bukan hanya sekedar berfikir tentang kebenaran tetapi harus menyuarakannya, walau apapun rintangannya. Seorang intelektual yang benar tidak boleh berkecuali, dan harus memihak kepada kebenaran dan keadilan.
 Dia “tidak boleh menjadi intelektual bisu, kecuali dia betul-betul bisu atau dibisukan”. Kalau intelektual itu betul-betul bisu pun, dia masih boleh bertindak dengan menyatakan fikiran melalui tulisan yang akhirnya akan sampai juga kepada publik. Inilah yang dikatakan intelektual bisu yang tidak bisu. Sebaliknya, terdapat intelektual yang tidak bisu tetapi bisu. Dia menjadi bisu mungkin karena “dia takut atau berkepentingan”.

Intelektual palsu akan mengelabui mata rakyat dengan kebenaran palsu melalui menyelewangkan fakta dan pertanyaan-pertanyaan yang mengelirukan. Intelektual palsu banyak menggunakan retorik-retorik kosong, bahkan tak segan-segan “menjual” negeri sendiri kepada orang asing. Mereka menjadi kaki tangan barat, mengikuti semua titah dari sang majikan.jika kita, masih mengharapkan ada perbaikan menuju Indonesia yang sejahtera dan bermartabat sudah seharusnya kita sebagai kaum intelektual harus berani mengambil keputusan untuk terus menggulirkan pemikiran pemikiran di te ngah masyarakat. Sekecil apapun kontribusi yang kita berikan pasti akan membuahkan hasil. Namun perlu ditegaskan, jangan menjadi kaum intelek yang mengabdi dan mengemis demi sedikit materi kepada penjaah asing. Lalu membawa ide-ide busuk seperti demokrasi yang penuh kebohongan, HAM, pluralism dan l;ain-lain menjadi anak dari ide secular-kapitalis. Apalagi membawa pemi9kiran sosialis yang sudah runtuh bertahun-tahun.
Sudah saatnya kaum intelektual berfikir jernih dan mendalam untuk melakuan perbandingan pemikiran sosialis-komunis, social-kapitalis dan Islam. Pemikiran manakah yang layak untuk diusung? Jika mau jujur, hanya islam lah yang layak untuk senantiasa diperjuangkan karena islam adalah pemikiran unik yang mampu menjadikan Indonesia lebih baik bahkan lebih besar dari yang sekarang.


BAB VI
KESIMPULAN

Manusia adalah kaum dimana berkumpulnya segala potensi. Dan lebih jauh lagi bahwa mahasiswa adalah kandidat besar untuk menempati diri dalam potensi intelektual organic, artinya kaum intelek yang akan terus menggulirkan pemikiran-pemikirannya, Oleh sebab itu sudah sewajarnya mahasiswa memiliki peranan yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
             Mahasiswa lesu, karena diakibatkan kehampaan. Kebanyakan siswa sekarang ini tidak berpikir kritis, hidupnya tanpa greget, dan dalam menjalankan aktivitasnya mahasiswa kurang energetic.
Liberalisme atau liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Generasi bisu diakibatkan karena mahasiswa yang tak berpikir kritis, hidupnya hampa karena tidak memiliki arah tujuan dalam hidup. Jika mahasiswa seperti ini, maka tidak akan ada rasa kebebasan, sedankan politik menganut nilai kebebasan.  
Manusia intelektual, yakni kaum dimana memiliki segala potensi, berpikir kritis, dan dapat menyumbangkan ideanya untuk kesejahteraan masyarakat. Dia juga adalah seorang yang mempergunakan ilmu dan ketajaman pikirannya untuk mengkaji, menganalisis, merumuskan segala perkara dalam kehidupan manusia, terutama masyarakat dimana dia hadir khusunya dan peringkat global untuk mencari kebenaran dan menegakan kebenaran itu. 












































Tidak ada komentar:

Posting Komentar